Kata orang kamar mandi itu menginspirasi. Khususnya saat duduk buang hajat yang biasanya ditemani bacaan hari itu. Entah itu koran pagi, tabloid esek-esek, stensilan, atau komposisi dari sebotol shampo yang mudah dijangkau tangan. Buatku sendiri, yang paling indah dan nikmat adalah berdiri di bawah pancuran air.
Tidak hanya menginspirasi, bahkan saat aku memejamkan mata dan membiarkan air yang keluar dari pancuran dengan intensitas yang berbeda mengenai telapak tangan, aku seperti dilahirkan kembali.
Seperti tuna netra, yang belum kenal apa itu air. Bentuk yang tergambar di frame otak tentu beda dengan memasukkan tangan ke dalam baskom berisikan air. Dengan pancuran air yang perlahan itu, gelitikannya mencapai hati. Terus dan terus lagi. Hingga kencang nyaris menderu, dan dahsyatnya tekanan mematikan geli yang datang di awal.
Apapun yang ada di benakku seperti luntur. Menyadarkan bahwa semua ada tempat dan waktunya. Dimana spasi otak itu penting, sama halnya white space di serentetan kalimat. Otakku jenuh dan jengah, akan rutinitas yang membelenggu. Dan semua terselesaikan begitu saja, sesederhana itu pula.
Tidak hanya menginspirasi, bahkan saat aku memejamkan mata dan membiarkan air yang keluar dari pancuran dengan intensitas yang berbeda mengenai telapak tangan, aku seperti dilahirkan kembali.
Seperti tuna netra, yang belum kenal apa itu air. Bentuk yang tergambar di frame otak tentu beda dengan memasukkan tangan ke dalam baskom berisikan air. Dengan pancuran air yang perlahan itu, gelitikannya mencapai hati. Terus dan terus lagi. Hingga kencang nyaris menderu, dan dahsyatnya tekanan mematikan geli yang datang di awal.
Apapun yang ada di benakku seperti luntur. Menyadarkan bahwa semua ada tempat dan waktunya. Dimana spasi otak itu penting, sama halnya white space di serentetan kalimat. Otakku jenuh dan jengah, akan rutinitas yang membelenggu. Dan semua terselesaikan begitu saja, sesederhana itu pula.
No comments:
Post a Comment